Pemerintah Inggris pada hari Senin menuduh Tiongkok melakukan serangan siber yang membahayakan catatan pemungutan suara puluhan juta orang, sebuah teguran keras yang menggarisbawahi semakin kerasnya sikap Inggris terhadap Tiongkok sejak para pemimpin Inggris menggembar-gemborkan “era keemasan” dalam hubungan Inggris-Tiongkok selama hampir satu dekade. yang lalu. Wakil perdana menteri, Oliver Dowden mengumumkan sanksi terhadap dua individu dan satu perusahaan yang terkait dengan kelompok yang berafiliasi dengan negara yang terlibat dalam serangan tersebut, yang katanya menargetkan pengawas pemilu dan anggota parlemen. Kementerian Luar Negeri memanggil duta besar Tiongkok untuk Inggris untuk melakukan tindakan diplomatik formal. “Ini adalah pola terbaru dari aktivitas permusuhan yang berasal dari Tiongkok,” kata Dowden di Parlemen. “Bagian dari pembelaan kami adalah menyerukan perilaku ini.” Pemerintah mengungkapkan serangan terhadap Komisi Pemilihan Umum, yang mengawasi pemilu di Inggris, tahun lalu namun tidak mengidentifikasi siapa yang berada di balik serangan tersebut. Hal ini diyakini telah dimulai pada tahun 2021 dan berlangsung selama beberapa bulan, dengan data pribadi 40 juta pemilih diretas. Komisi Pemilihan Umum mengatakan bahwa nama dan alamat siapa pun yang terdaftar untuk memilih di Inggris dan Irlandia Utara antara tahun 2014 dan 2022 telah diakses, serta pemilih di luar negeri. Komisi sebelumnya mengatakan bahwa data yang terdapat dalam daftar pemilih terbatas dan mencatat bahwa sebagian besar sudah berada dalam domain publik. Namun, mereka menambahkan bahwa ada kemungkinan data tersebut dapat digabungkan dengan informasi lain yang tersedia secara publik, “seperti informasi yang dipilih individu untuk dibagikan, untuk menyimpulkan pola perilaku atau untuk mengidentifikasi dan membuat profil individu.”
@ISIDEWITH2mos2MO
@ISIDEWITH2mos2MO